Minggu, 05 Februari 2023

Gus Sholah yang Tak Pernah Lelah


Oleh Suryono Zakka

Namanya Dr. (HC), Ir. KH. Salahuddin Wahid atau dipanggil Gus Sholah. Lahir pada 11 September 1942. Gus sholah adalah adik kandung KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ayahnya bernama KH. Wahid Hasyim dan ibunya bernama Nyai Sholehah.

Beliau memiliki banyak prestasi diantaranya pernah menjabat sebagai wakil Komnas HAM (2002-2007), ketua PBNU (1999-2004), penulis, anggota ICMI, mengasuh Ponpes Tebu Ireng hingga kapasitas keulamaanya tak diragukan lagi. Juga mulia nasabnya karena cucu dari Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy'ari, pendiri NU.

Militansi Gus Sholah di NU patut diteladani. Beliau sangat gigih memperjuangkan NU. Beliau sangat 'disiplin' dalam mengembangkan dakwah NU. Beliau sangat kokoh dalam menjaga marwah NU dengan semangat khittahnya. Karena kegigihannya, tak jarang pemikiran Gus Sholah berseberangan dengan kakaknya yakni Gus Dur. Jika Gus Sholah lebih ketat dalam mengembangkan dakwah NU maka Gus Dur lebih longgar, dua idealisme yang harmoni dan saling melengkapi tentunya.

Gus Sholah dan Gus Dur adalah cermin NU yang luas bukan cermin NU yang sempit. Seluas bulatan bumi yang dikelilingi tali bersimpul dilambang NU. Dua mainstream pemikiran yang saat ini ada di NU. Sosok keduanya adalah gambaran kompleksitas dan heterogenitas NU, gambaran bahwa NU adalah ormas besar dan sudah sangat dewasa sehingga terhimpun didalamnya pergulatan berbagai pemikiran dan keilmuan.

Gus Sholah dan Gus Dur adalah simbol perdamaian bukan simbol pertikaian. Walau berbeda pemikiran namun tetap dalam payung NU. Tetap damai dan adem. Kecuali mereka yang sedari awal antipati dengan NU. Selalu memberi stigma negatif. Berbeda pemikiran lantas menuduh yang bukan-bukan. Bahkan menakuti-nakuti NU pecah hanya karena beda pendapat. NU tak semacam itu.

Gus Sholah berjuang untuk NU dan NKRI tanpa lelah sebagaimana sang kakak. Mengabdi tanpa upah. Berbeda pemikiran tak lantas membuat mereka goyah. Perbedaan tak lantas membuat seduluran keduanya jadi bubrah.

Sungguh teramat tulus perjuangan Gus Sholah sebagaimana Gus Dur dalam membela NKRI. Beliau siap membela NKRI dari berbagai ideologi asing. Sikap nasionalismenya wajib kita contoh. Beliau tak sedikitpun tertarik dengan ideologi anti Pancasila semacam khilafah. NU sejati.

Gus Sholah dan Gus Dur adalah tokoh pemersatu NU dan bangsa. Walau berbeda tetap satu jua. Tak akan pecah, tetap dibawah bendera NU. Gus Sholah dan Gus Dur adalah anugerah bagi bangsa yang kini keduanya telah kembali kehadirat-Nya.

Kita telah kehilangan keduanya, sang mutiara NU. Saat keduanya berpulang, yang menangis tak hanya kita warga NU tapi seluruh bangsa. Walau telah tiada, pemikiran keduanya akan selalu mewarnai warga Nahdliyin. Akan selalu hidup didalam hati para pecinta. Keduanya adalah teladan bahwa berbeda tetap dapat dipersatukan, bukan berarti bermusuhan.

Kita berduka karena kehilangan keduanya. Tapi bagi mereka yang membenci NU dan keduanya, mereka akan bersorak ria karena wafatnya. Mereka selalu berupaya memadamkan cahaya NU dengan ucapan-ucapan kebencian pada tokoh-tokohnya, namun Allah kian meneguhkan cahaya NU keseluruh penjuru dunia. Kita tak perlu khawatir karena ada banyak generasi muda NU yang alim nan tangguh siap melanjutkan estafet keilmuan Gus Sholah dan Gus Dur.

Selamat jalan para pahlawan. Kami akan selalu mengenang. Menceritakan perjuangan-perjuangan tanpa lelahmu kepada anak cucu kami. Semoga perjuanganmu menjaga NU, membela NKRI dan mendidik anak bangsa mendapat balasan yang mulia disisi rabb, Tuhan semesta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar