Senin, 28 November 2022

Sayyidah Nafisah; Wali Allah Dari Kaum Perempuan


SAYYIDAH  NAFISAH

Beliau adalah  Nafisah putri al Hasan al Anwar ibn Zaid al Ablaj ibn al Hasan ibn Ali karramallahu wajhah. Ibunda beliau adalah seorang ummu walad (budak yang dinikahi tuannya) seperti halnya Hajar ibunda Nabi Ismail.

Beliau tumbuh dalam keluarga yang mendidiknya menjadi seorang yang alim, wara', dan ahli ibadah.Hari-harinya di isi dengan puasa pada siang hari dan bangun malam untuk beribadah, sehingga Allah memulyakannya dengan beberapa karamah.

KELAHIRANNYA

Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi ayah sayyidah Nafisah untuk duduk di Masjidil Haram guna memberi pelajaran agama dan ilmu al quran kepada manusia.

Kemudian suatu hari datng kepada beliau salah seorang budak membawa berita kelahiran putrinya, seraya berkata: Berbahagialah engkau tuan!malam ini telah lahir putrimu yang cantik jelita yang tiada duanya.Ketika mendengar hal itu, beliau sangat senang dan bersujud kepada Allah sebagai rasa syukur atas terkabulkannya doa beliau serta memberikan hadiah yang banyak kepada budak tersebut seraya berkata: katakan kepada keluarga agar menamainya NAFISAH semoga ia menjadi pribadi yang baik dan suci.


Beliau radhiyallahu anha dilahirkan di kota Makkah Al Mukarromah pada hari rabu 11 rabiul awal tahun 145H . dan yang lebih menyenangkan ayahnya adalah bahwa putrinya ini mirip  sekali dengan saudarinya yang bernama Nafisah binti Zaid istri khalifah Al Walid ibn Abdil Malik.  

Setelah tersebarnya kabar gembira kelahiran sayyidah Nafisah ini, banyak orang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat kepada keluarga yang mulia ini, serta bertepatan dengan hal tersebut datanglah  kepada al hasan al anwar utusan Kalifah Abbasiyah Abu Ja’far Al Mansur dengan membawa sebuah kitab yang mengeluarkan bau misik dan hadiah dari khalifah berupa sekantong uang sebesar 20.000 dinar.Kemudian beliau membuka kitab tersebut dan membacanya dengan seksama, sementara orang-orang disekitar beliau dengan tegang menunggu apa yang telah dititahkan khalifah kepada beliau, mereka takut hal tersebut akan membahayakan keturunan Rasulullah. Kekhawatiran mereka bertambah ketika beliau menangis dan mengatakan: “Sang Khalifah telah memilihku menjadi gubernur Madinah AL Munawwarah”.Sontak wajah mereka menjadi berbinar-binar karena sangat bergembira seraya berkata: “ Sungguh suatu kabar gembira bagi kota Madinah, karena akan dipimpin orang sepertimu, yang selalu menegakkan keadilan dan sunnah rasul serta memegang teguh hukum islam”.Mendengar perkataan mereka , beliau berkata: “Kalaupun titah kepemempinan ini adalah suatu nikmat dari Allah, maka dia (putriku Nafisah) lah yang membawa kabar gembira tersebut (dengan kelahirannya).Dan kalaupun hal ini adalah suatu karamah (kemulyaan dari Allah), maka dia (putriku Nafisah) lah yang menjadi tandanya”.

Beliau radhiyallahu ‘anha tumbuh dalam lingkungan yang mulia, baik ketika masih tinggal di Makkah ataupun setelah pindah ke Madinah ketika beliau berumur 5 tahun. Beliau mulai di ajari al quran dan hadist nabawy secara intensif baik dari segi hafalan ataupun meriwayatkan hadist. Beliau jaga sering juga ikut ke masjid Nabawy sehingga sering menyaksikan orang-orang shaleh berlalu lalang disana.

Sungguh Allah telah memberi berkah pada umur beliau, pada usia 8 tahun saja beliau sudang hafal Al Quran dan hadist nabawy yang cukup banyak. Beliau selalu menyertai ayahnya baik ketika bepergian atau di rumah, sehingga beliau menjadikan ayahnya sebagai panutan dan contoh yang baik.

Beliau radhiyallahu ‘anhu sering berdao seraya mengatakan: Ya Allah jauhhkan hatiku dari hal yang bisa menyibukkannya  (melalaikanMu), senangkan diriku kepada setiap hal yang menjadikan aku sekaku bertaqarrub kepadaMu, mudahkanlah jalanku untuk taat kepadaMu,jadikanlah aku termasuk wali (kekasih)Mu, karena hanya  Engkaulah Dzat yang diharapkan dalam kedaan sulit . Hanya kepada engkaulah manusia memohon pertolongan

Termasuk ulama’ terkenal yang pernah bertemu dengan beliau adalah Imam Malik ibn Anas pengarang kitab Al Muwattha’ , imam Daar al Hijrah,seorang yang sangat wara’, dan  periwayat hadist-hadist sahih.

Beliau juga meriwayatkan hadist-hadist dan mendapat hikmah-hikmah dari para ahli hadist, ahli fiqh, ahli syair, dan pembesar ahli bahasa yang berkumpul di ruman ayahnya.

SAYYIDAH NAFISAH MENIKAH

Kini sayyidah Nafisah telah dewasa, telah siap untuk menempuh jenjang pernikahan dan telah mumpuni dari segi ilmu maupun ketaqwaannya. Karena hal itu banyak sekali pemuda yang datang kepada Ayahnya untuk melamar beliau, baik dari keturunan Rasulullah, pembesar-pembesar ulama’ ataupun suku Quraisy. Termasuk yang sangat ingin menikahi beliau adalah Ishaq ibn Ja’far as Shadiq, yaitu pemuda yang tekenal diantara teman-temannya dengan julukan Al Mu’tamin karena sifat amanah dan keteguhan imannya.

Ishaq bukanlah orang yang asing lagi bagi sayyidah Nafisah, karena ia adalah putra imam Ja’far al Shadiq ibn Muhammad al Baqir ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain cucu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia telah melihat benyak sekali pemuda-pemuda yang datang kepada Ayah sayyidah Nafisah guna melamarnya, tetapi beliau selalu mengatakan: “Aku ingin menyampaikan amnah kepada pemiliknya, aku ingin mengembalikan  tetesan ke dalam lautan dan aku ingin menanam mawar di dalam kebunnya”. Maka ketika setiap pemuda yang mendengarnya akan mengurungkan niatnya untuk meminang, mereka berkata: mungkin ada suatu rahasia dari balik perkataan tersebut yang kita tidak ketahui.

Meskipun demikian Ishaq menganggap ia harus tetap mencoba kesempatannya. akhirnya ia beristikharah kepada Allah kemudian pergi bersama pembesar-pembesar Ahli Bait untuk meminang sayyidah Nafisah, akan tetapi penolakanlah yang ia dapatkan sehingga ia pulang dengan hati yang hancur karena lamarannya ditolak.

Kemudian ia pergi ke Masjid Nabawy dan melakukan shalat. Setelah itu ia masuk ke dalam ruang makam Rasulullah dan berdiri di samping makam seraya berkata: Semoga rahmat dan keselamatan selalu tercurah kepadamu wahai Rasulullah, wahai Penghulu para rasul, Penutup para nabi, dan kekasih Tuhan semesta alam.aku datang untuk membritahukan engkau keadaanku, aku limpahkan hajatku kepadamu supaya engkau membantuku , kepadamulah manusia mengadukan hajat merek dan meminta bantuan pertolongan, aku telah melamar Nafisah kepada ayahnya tetapi  ia menolakku".kemudian Ia mengucapkan salam dan pergi dari makam Rasulullah.

Keesokan harinya Ishaq dikagetkan dengan berita bahwa ia di panggil oleh al Hasan al anwar, dan  ketika ia menemuinya al hasan berkata: “Tadi malam aku mimpi bertemu dengan kakekku Rasulullah dengan rupa yang sangat menawan, beliau mengucapkan salam kepadaku seraya berkata: “Wahai Hasan nikahkanlah putrimu Nafisah dengan Ishaq al Mu’tamin!”. Kemudian dilangsungkanlah pernikahan mereka pada hari Jumat tanggal 1 Rajab 161 H, sehingga lengkaplah cahaya berkah hasan dan husein di rumah itu karena sayyidah Nafisah adalah keturunan Hasan, sedang suaminya keturunan Husein radhiyallahu ‘anhuma. Sayyid Ishaq juga terkenal keagungannya, sifat wara’, banyak orang yang meriwayatkan hadist dan atsar darinya karena beliau juga terkenal sebagai Muhaddist yang berkompeten.

PERJALANAN KE MESIR

Kini Sayyidah Nafisah telah menjadi idola di hati masyarakat, khususnya penduduk Mesir. Setiap musim haji mereka menyempatkan diri untuk menziarahi beliau dan selalu mempersilahkannya mengunjungi Mesir. Menanggapi hal itu beliau berkata: “Insya Allah aku akan menziarahi kalian, karena Allah telah memujinya dan menyebutkannya dalam al quran. Begitu juga kakekku telah bersabda agar berwasiat kebaikan kepada penduduknya”.

Kemudian beliau radhiyallahu ‘anha bersama suami dan kedua anaknya al Qasimdan Umi Kultsum serta ahli bait lainnya  berhijrah ke Mesir dikarenakan ayah beliau sudah tidak berkuasa lagi di Madinah serta banyaknya fitnah yang menyebabkan keturunan Rasulullah pindah ke tempat lain .

Sambutan yang sangat meriah dan hangat beliau dapatkan ketika sampai di Mesir, masyarakat saling berebut menjamu beliau serta  para rombongan hijrah. Dan Sayyid Jamal ibn Jashash lah yang memberikan tempat tinggal bagi beliau di Mesir .
Meskipun beliau terbiasa hidup berkecukupan ketika tinggal bersama ayah beliau di Madinah, tapi sifat wara’nya lah yang menjadikan beliau tetap kerasan di tempat barunya ini. Dikatakan dalam salah satu riwayat bahwa beliau hanya makan sekali dalam waktu tiga hari. Berkata  salah satu keponakannya yang bernama Zainab : “Aku melayani beliau selama 40 tahun dan tidaklah aku dapati beliau kecuali tidak pernah tidur pada malam hari, puasa pada siangnya kecuali pada hari raya dan 3 hari tasyriq. Aku berkata: Tidaklah anda kasihan dengn diri anda? Beliau menjawab: bagaimana aku bisa kasihan kepada diriku ketika banyak siksaan dihadapan mata dan tidak bisa menghalaunya kecuali orang-orang yang beruntung”. Ia juga berkata: “ Bibiku adalah orang yang hafal alquran dan tafsirnya, stiap kali membacanya beliau selalu meneteskan air mata”.

KAROMAH-KAROMAH BELIAU

Diantaranya adalah:

·         Keranjang makanan
Al Qona’I berkata : aku bertanya kepada zainab keponakan beliau: “Apakah makanan bibimu sehari-hari? “Ia menjawab: “beliau hanya makan sekali  selama tiga hari, keranjang makanan beliau tergantung di depan tempat sholat. Dan setiap kali beliau mengiginkan makanan , aku selalu mendapatkannya di dalam keranjang tersebut. Maka Alhamdulillah kami bisa menyaksikan (karomah) yang telah diberikan Allah kepada Sayyidah Maryam”.

·         Mengalirnya kembali sungai Nil
Sa’ad ibn hasan berkata: pada zaman beliau sungai Nil pernah kering, kemudian orang-orang mendatangi beliau dan meminta doa darinya. Beliau memberikan cadarnya kepada mereka, kemudian mereka membawanya dan melemparkannya ke dalam sungai. Setelah itu mengalirlah air sungai tersebut sebelum orang-orang meninggalkannya.

  • Seekor ular besar
Al Imam Auza’i – imam dan pakar fiqih daratan Syam- (wft. 159H) berkata: Aku bertanya  kepada Jauharah – salah satu budak Hasan al Anwar- :Apakah engkau melihat sebuah karomah pada saat sayyidah Nafisah masih kecil? Ia menjawab : “Ya, ketika itu udara sangat panas sekali dan di sampingku ada  secawan air untuk beliau. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan seekor ular besar yang mendekat kepadaku, kemudian ular tersebut menempelkan pipinya ke dalam cawat tersebut layaknya ia sedang mengambil berkah dari air tesebut. Setelah itu ular tersebut pergi.

  • Doa untuk Imam Syafi’i
Setiap kali Imam Syafi’I sakit , ia selalu mengutus seseorang –seperti Rabi’ al Jizi atau Rabi’ al Muradi- kepada beliau untuk menyampaikan salam dan mengatakan bahwa imam Syafi’i sedang sakit, kemudian beliau mendoakannya dan Imam Syafi’i pun sembuh sebelum utusannya tsb tadi datang. Ketika Imam Syafi’i sakit (akan wafat), ia juga mengutus seorang seperti biasanya kepada beliau radhiyallahu ‘anha, kemudian beliau berdoa: Semoga Allah menyengangkan beliau dengan melihat DzatNya( di akherat).

  • Mimpi Rasulullah
Suatu hari suami beliau Sayyid Ishaq berkata: “Ikutlah bersama kami ke Hijaz!” beliau menjawab: “Aku tidak bisa melakukan itu karena tadi aku mimpi \Rasulullah bersabda kepadaku: “Jangan tinggalkan Mesir karena Allah akan mewafatkanmu di Mesir!”

WAFAT

Sayyidah  Nafisah terserang penyakit pada bulan Rajab 208 H dan penyakit tersebut tambah parah hingga bulan Ramadhan. Karena sangat parahnya penyakit sehingga beliau tidak kuat bergerak, kemudian didatangkan dokter kepada beliau dan ia menganjurkan beliau untuk tidak berpuasa. Tetapi beliau berkata: “ Sungguh mengherankan (saranmu), padahal selama 30 tahun aku selalu meminta kepada Allah agar aku meninggal dalam keadaan berpuasa. Terus apakah aku akan berbuka? Padahal aku sudah menggali kuburan dibalik serambi - sambil menunjukkan letak kuburan tersebut -. Disanalah insya Allah aku di akan dimakamkan. Jika aku meninggal kuburkanlah aku di sana! ”.

Diriwayatkan bahwa beliau telah menghatamkan alquran di dalam kuburan tersebut sebanyak 1000 kali.

Beliau meninggal  selang 4 tahun setelah meninggalnya Imam Syafi’I . Jasad beliau di makamkan di makam yang beliau gali sendiri dangan tangan mulianya.

Semoga Allah meridhoi Sayyidah Nafisah dan mengumpulkan kita bersama beliau di syurga bersama para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan orang-orang shaleh. Karena mereka adalah sebaik-baik teman.

Wallahu a’lam wa ahkam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar