Kamis, 17 November 2022

Aqidah wahabi-salafi berkonsekuensi musyriknya imam Ahmad bin Hanbal dan imam Syafi'i


Pemahamn dan Aqidah Wahabi-Salafi menyebabkan takfir (pengkafiran) kepada mayoritas para sahabat Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam dan para imam Ahlus sunnah wal Jama’ah, hampir seluruhnya tak luput dari konsekuensi takfir dari hasil buah pemikiran aqidah mereka.

Salah satu contoh prilaku para imam Ahlus sunnah yang mau tidak mau, wahabi-salafi harus memvonisnya sebagai perbuatan ghuluw dan syirik dalam ajarannya dan aqidahnya adalah sikap imam Ahmad bin Hanbal kepada gurunya yaitu imam Syafi’i. Berikut kisahnya yang ditampilkan imam Baihaqi dalam kitabnya Manaaqib Asy-Syafi’I dengan sanad yang shahih :

“ Sholeh bin Ahmad bercerita “ Suatu hari imam Syafi’I dating menjenguk ayahku yang sedang sakit, tiba-tiba ayahku meloncat menuju imam Syafi’I dan langsung mencium kening gurunya tersebut, kemudian ayahku menempatkan imam Syafi’I di tempat duduk ayahku dan ayahku duduk di hadapan beliau kemudian saling bertanta sesaat. Ketika imam Syafi’I bangkit untuk menaiki tunggaannya, maka ayahku meloncat dan memegang tunggangan imam Syafi’i lalu berjalan bersama beliau. Kisah tersebut didengar oleh imam Yahya bin Ma’in, lalu dating dan berkata kepada ayahku “ Yaa Subhanllah (ungkapan heran), sunnguh besar urusan itu sampai-sampai andai berjalan di sisi tunggan (baghlah, peranakan keledai) imam Syafi’I ?? “, maka ayahku menjawabnya “ Wahai Yahya, seandainya anda berjalan di sisi satunya dari tunggangan beliau itu, maka anda pasti akan mendapat manfaat “. Kemudian ayahku berkata “ Barangsiapa yang ingin mendapatkan ilmu fiqih, maka ciumlah buntut keledai tersebut “.
(Manaaqib Asy-Syafi’I : juz II halaman 253)

Komentar :

1. Dalam kisah tersebut menceritakan kisah imam Ahmad bin Hanbal yang begitu ta’dzim kepada gurunya, hingga saat beliau sakit pun ketika gurunya yaitu imam Syafi’I dating menjenguknya, sepontan beliau bangkit dan meloncat dari pembaringannyauntuk  mendatangi gurunya tersebut kemudian mencium kening imam Syafi’i. Hal ini sudah pasti dalam ajaran wahab-salafi dinilai sebagai sikap ghuluw (berlebihan) dalam menghormati seorang ulama, bahkan tidak jarang mereka berteriak ghuluw kepada kaum muslimin yang merunduk mencium tangan kiyai atau ustdaznya. Bukankah yang dilakukan imam Ahmad bin Hanbal melebihi hal itu ??

Beranikah kalian wahai pengaku-ngaku pengikut manhaj salaf untuk memevonis imam Ahmad bin Hanbal telah berbuat ghuluw yang terlarang ??

2. Dalam kisah tersebut, dikisahkan bahwa imam Ahmad bin Hanbal telah berkata :

“Barangsiapa yang ingin mendapatkan ilmu fiqih, maka ciumlah buntut keledai tersebut “

Ungkapan itu, merupakan ungkapan fatal menurut wahabi-salafi bahkan dinilai syirik, bagaimana mungkin mencium buntut keledai dapat menjadikan seseorang mendapat ilmu fiqih ??

Maka saya tanyakan kepada kalian wahai para pengaku-ngaku pengikut manhaj salaf, beranikah kalian memvonis imam Ahmad bin Hanbal sebagai pelaku syirik dan menjadi musyrik bahkan kafir menurut akidah tauhid uluhiyyah kalian demikian juga imam Syafi'i yang mengakui perilaku imam Ahmad ??

3. Siapakah yang salah, imam Ahmad bin Hanbal dan imam Syafi’i ataukah aqidah kalian wahai pengaku-ngaku pengikut manhaj salaf ??


Tidak ada komentar:

Posting Komentar