Selasa, 13 Juni 2023

Menjawab Tuduhan Wahabi terjadap Tasawuf dan Kaum Sufi


Oleh Suryono Zakka

Wahabi sangat anti dengan tasawuf. Karena kebenciannya pada tasawuf, Wahabi menyamakan praktik tasawuf kaum sufi sama dengan kaum Syiah. Dalam banyak video maupun tulisan, Wahabi menyerang tasawuf dengan melancarkan tuduhan-tuduhan membabi buta.

Berikut beberapa tuduhan Wahabi tentang tasawuf dan praktik kaum sufi yang sering mereka lontarkan sekaligus saya beri jawaban agar Wahabi paham.

1. Praktif tasawuf sesat karena dimasa Rasulullah belum ada praktik tasawuf kaum sufi.

jawab: Dimasa Rasulullah sudah ada kaum sufi yang disebut ahlussuffah. Diantaranya adalah Abu Hurairah. Ahlussuffah mulanya adalah kaum Muhajirin yang ikut hijrah ke Madinah yang kemudian hidup disekitar masjid Nabawi. Mereka lebih konsentrasi ibadah dan taqarrub ilallah.

Walaupun istilaf tasawuf, sufi dan tarekat belum populer dimasa rasulullah atau tasawuf belum menjadi ilmu pengetahuan, namun secara praktif telah dilakukan oleh rasulullah. Sikap-sikap mulia nabi seperti zuhud, sabar, wara', istiqamah, tawakkal, uzlah dan sebagainya adalah sikap-sikap yang dipraktikkan kaum sufi. Itu artinya tasawuf sinergis dengan ajaran Islam.

2. Sufi terpecah dalam banyak kelompok.

Jawab: Banyaknya kelompok tarekat kaum sufi bukan berarti pecah justru menambah keanekaragaman bentuk dzikir. Walau berbeda-beda macam dzikir maupun wirid (jamak: aurad) namun memiliki tujuan yang sama yakni memperbanyak mengingat Allah. Aliran sufi seluruh dunia tergabung di NU dalam perkumpulan Jatman (Jam'iyyah Ahlutthariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah). Diketuai oleh Habibana Habib Luthfi bin Yahya.

2. Kaum Sufi Berdoa kepada selain Allah sehingga biang kemusyrikan.

Jawab: Sufi bukan berdoa kepada selain Allah tapi tawasul pada wali dan orang shalih. Menurut Aswaja, tawasul dibolehkan baik pada orang yang masih hidup maupun sudah wafat.

Berikuat dalil tawasul:

عَلَّمَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقَ t أَنْ يَقُوْلَ اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ وَإِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلِكَ وَمُوْسٰى نَجِيِّكَ وَعِيْسٰى كَلِمَتِكَ وَرُوْحِكَ وَبِتَوْرَاةِ مُوْسٰى وَإِنْجِيْلِ عِيْسٰى وَزَبُوْرِ دَاوُدَ وَفُرْقَانِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ ..... الْحَدِيْثَ

“Rasulullah mengajarkan doa kepada Abu Bakar al-Shiddiq: Ya Allah. Saya meminta kepada-Mu dengan Muhammad Nabi-Mu, Ibrahim kekasih-Mu, Musa yang Engkau selamatkan, Isa kalimat dan yang Engkau tiupkan ruh-Mu, dan dengan Taurat Musa, Injil Isa, Zabur Dawud dan al-Quran Muhammad. Semoga Allah memberi shalawat dan salam kepada semuanya….”. (HR. Ibnu Hibban)

أَللهُ الَّذِيْ يُحْيِىْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ اِغْفِرْ لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِيْ فَإِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ )رواه الطبراني وابو نعيم فى حلية الأولياء عن انس)
“Allah yang menghidupkan dan mematikan. Allah maha hidup, tidak akan mati. Ampunilah ibuku, Fatimah binti Asad, tuntunlah hujjahnya dan lapangkan kuburnya, dengan haq Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau dzat yang paling mengasihi”. (HR al-Thabrani dan Abu Nuaim dari Anas).

3. Wali Abdal dan wali qutub sesat karena dipuja.

Jawab: Wali Abdal dan Wali qutub tidak sesat. Wali (jamak: auliya') adalah manusia suci yang punya keistimewaan disisi Allah. Warga Nahdliyin sering berziarah atau nyarkub kemakam para wali dalam rangka tabarruk (mengambil berkah) bukan meminta atau menyembah mereka.

أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q. S Yunus 62)

4. Paham Wahdatul Wujud sesat karena menganggap manusia bisa menyatu dengan Allah.

Jawab: Wahdatul wujud konsep Ibnu Arabi bukan bersatunya Tuhan dan manusia dalam bentuk fisik melainkan sifat manusia melebur dalam sifat kasih sayang Allah. Emanasi (pancaran) yakni menyerap sifat-sifat rahman dan rahimnya Allah. Sehingga para sufi sangat lembut hatinya, menebar kasing sayang dan rahmat, penebar damai dan cinta, perkataannya mengandung hikmah karena selalu menerima pancaran kasih sayang Allah.

Kalaupun konsep Wahdatul Wujud sebagaimana yang diajarkan oleh Ibnu Arabi dianggap sesat, praktik tasawuf dan tarekat kaum sufi ala NU yang dipakai adalah tasawuf Imam Ghazali yakni tasawuf yang tidak meninggalkan syariat bukan tasawufnya Ibnu Arabi. Tasawuf Al-Ghazali adalah tasawuf yang menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.

5. Dzikir suara keras dan memakai tarian adalah sesat.

Jawab: Dzikir pakai gerakan atau tarian ala sufi tidak sesat karena dzikir bisa dilakukan dalam berbagai keadaan.

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ali Imran 191-192).

6. Ilmu ladunni adalah ilmu sesat.

Jawab: Ilmu ladunni ada dalilnya dalam Al-Qur'an.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

Lalu mereka (Musa dan pembantunya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami (Khidir) yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (Q. S Al-Kahfi: 62)

7. Allah menciptakan Nabi Muhammad dari Cahaya tidak ada dalilnya.

Jawab: Ada dalilnya tentang Nabi Muhammad dicipta dari cahaya.

Tentang Nur Muhammad, Kitab Al-Barzanji menyebutkan:

أصلي وأسلم على النور الموصوف بالتقدم والأوليه

“Aku mengucap shalawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal” (Lihat As-Sayyid Ja‘far Al-Barzanji, Qashidah Al-Barzanji pada Hamisy Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Syirkah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 4).

Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan:

قوله (أصلي) أي أطلب صلاة الله أي رحمته (وأسلم) أي أطلب سلام الله أي تحيته (على) صاحب (النور الموصوف بالتقدم) على كل مخلوق (والأوليه) أي كونه أولا بالنسبة لسائر المخلوقات

“(Aku mengucap shalawat) aku memohon shalawatullah, yaitu rahmat Allah (dan) aku memohon (salam) Allah, yaitu penghormatan-Nya (untuk) yang empunya (cahaya yang bersifat terdahulu) sebelum segala makhluk (dan awal) yang entitasnya lebih awal dalam kaitannya dengan semua makhluk,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Syirkah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 4).

Syekh Nawawi Banten juga membawa hadits riwayat Jabir yang menjadi salah satu dasar konsep Nur Muhammad di samping beberapa riwayat hadits lainnya.

كما في حديث جابر أنه سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أول ما خلقه الله تعالى قال إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك فجعل ذلك النور يدور بالقدرة حيث شاء الله ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا إنس ولا جن ولا أرض ولا سماء ولا شمس ولا قمر وعلى هذا فالنور جوهر لا عرض

“Sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat sahabat Jabir RA bahwa ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah SAW menjawab, ‘Sungguh, Allah menciptakan nur nabimu sebelum segala sesuatu.’ Allah menjadikan nur itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada lauh, qalam, surga, neraka, malaikat, manusia, jin, bumi, langit, matahari, dan bulan. Atas dasar ini, nur itu adalah substansi, bukan aksiden,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Syirkah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 4).

8. Tingkatan tarekat tidak terikat syariat sehingga menyesatkan.

Jawab: Tingkatan tarekat tasawuf seperti tariqah, ma'rifah dan haqiqah hanya sebagai penanda maqam (derajat) para salik (penempuh jalan sufi) sesuai dengan tingkatan kedekatan pada Allah. Semua sufi terikat dengan syariat sehingga mereka tetap melaksanakan syariat Islam.

Jika ada yang mengaku sufi tapi meninggalkan syariat maka disebut sufi gadungan alias sufi palsu yakni sufi yang bertujuan merusak maqam tasawuf atau hanya tuduhan belaka dari Wahabi karena ingin membumihanguskan praktik tasawuf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar