Sabtu, 22 April 2023

Jilbab Kartini, Penipuan dan Kesombongan Atas Nama Islam


Oleh Suryono Zakka

Dalam setiap peringatan Hari Kartini, muncul foto Kartini berjilbab. Gambar Kartini berjilbab style dan fashionable ala muslimah masa kini. Muncul juga tulisan kurang lebih berbunyi: "Foto Asli Kartini ketika menjadi santri Kiai Sholeh Darat tidak berkonde dan tidak berkebaya. Foto Kartini berkonde dan berkebaya versi Belanda terus akan dikeluarkan kaum sekuler agar Kartini tetap dikenang sebagai perempuan yang tak mau berjilbab". Begitu bunyinya.

Setelah ditelusuri ternyata jilbab Kartini adalah hoax. Demikian klarifikasi pakar sejarah dan ahli forensik. Ada kecacatan alias murni editan gambar Kartini berjilbab dan berkaca mata. Lantas siapakah yang telah mengedit foto Kartini dan apa tujuan dari mengedit gambar Raden Ajeng Kartini?

Kita tidak tahu siapa yang mengeditnya. Kalau dari tujuannya, tentu bisa bermacam-macam. Bisa karena sebagai bentuk pembelaan terhadap kesantrian Kartini, perlawanan terhadap ideologi sekuler atau karena ingin menampilkan sisi religiusitas Kartini.

Memang benar Kartini adalah santri Kiai Sholeh Darat Semarang, tokoh ahli tafsir yang paling berjasa mendidik Kartini menjadi sosok yang religius. Pada Kiai Sholeh Darat, Kartini menemukan banyak inspirasi tentang Islam yang salah satunya karya Kartini dalam bukunya"Habis Gelap Terbitlah Terang" terinspirasi dari surat Al-Baqarah ayat 257 yang tema pokoknya berbunyi:

اللَّهُ وَلِىُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ

Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman).

Kesalahan dari foto jilbab Kartini adalah ketidakjujuran. Demi untuk membela keislaman Kartini, editor foto melalukan kebohongan. Islam tidak pernah mengajarkan kebohongan demi untuk membela kebenaran Islam.

Jilbab yang dikenakan Kartini melampaui dari zamannya. Zaman yang masih setradisionalis itu, Kartini mengenakan Jilbab yang super modis yang saya sebut fashionable. Sesuatu yang janggal. Tokoh-tokoh nyai Nusantara yang tentu Islamnya kental seperti ibu Muslimat NU atau kader Aisyiyah Muhammadiyah pada zaman itu tak semodis sebagaimana jilbab yang dipakai Kartini. Maksimal mereka memakai kerudung.

Memang benar Islam menolak sekularisme Barat. Tapi melakukan penipuan untuk menolak sekularisme adalah kesia-siaan. Islam tidak pernah mengajarkan penipuan apalagi penipuan berbalut agama. Islam wajib ditebarkan dengan kejujuran. Setiap orang bisa mengaku beragama Islam tapi tidak semua orang Islam siap untuk berlaku jujur.

Kritik untuk editor Kartini berjilbab. Islam hanya dipahami sebagai fashion yang kental dengan materialisme. Islam kaffah atau muslimah yang mendapat hidayah hanya dipahami sebatas muslimah yang berjilbab besar atau jilbab merk terkenal.

Hal ini serasi dengan kelompok unyu-unyu mendadak hijrah. Mereka menganggap para muslimah zaman old atau bu nyai tempoe doeloe minim ilmu agamanya lantaran hanya berkerudung. Tidak serapat atau semaksi muslimah sosialita. Mereka akan menganggap wanita berkerudung atau tidak berjilbab sebagau ahli neraka. Yang berjilbab sesuai trend dijamin auto masuk surga.

Benarkah jika hidayah itu hanya sebatas jilbab? Apakah yang jilbab besar dan super jumbo sudah dijamin masuk surga? Bagaimana jika yang berjilbab jumbo itu tidak bisa menjaga lisannya dari menggunjing, merendahkan bahkan menyimpan kebencian kepada muslimah yang tidak berjilbab. Apakah tetap dapat setempel ahli surga?

Bagaimana jika dalam prosesnya muslimah tidak berjilbab lantas bertaubat sebelum mati dan si jilbab besar senantiasa merasa bangga dengan amal hidayahnya sehingga terbawa sampai mati? Bagaimana jika si muslimah tak berjilbab senantiasa takut pada Allah dengan semua kemaksiatan yang dilakukan sedangkan si muslimah jilbab jumbo bangga dengan amalnya dan bangga pada Tuhan atas ketaatannya? Apakah bisa dipastikan si muslimah tidak berjilbab masuk neraka dan jilbab jumbo ahli surga? Manusia tak bisa memonopoli surga. Benar bahwa menutup aurat itu perintah Tuhan namun yang perlu diingat bahwa sikap bangga diri dan merasa lebih baik adalah perintah iblis.

Intinya, tak ada manusia yang sempurna.  Hendaknya manusia sibuk dengan segala kekurangan masing-masing. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. Pakaian yang dengannya menghadirkan ketundukan, rasa hina pada Tuhan dan welas asih pada manusia lainnya. Pakaian yang mengantarkan pada kesamaan sebagai hamba yang lemah. Pakaian yang mampu membakar segala sifat keangkuhan dan kesombongan.

Mengutip kalam Habib Jindan: "Seberapa rendah engkau memandang seseorang, serendah itu pula hakikat nilai dirimu. Karena tanda kemuliaan seseorang adalah dengan tidak memandang rendah makhluk Allah". Pesan habibana Umar bin Hafidz: "Mata yang memandang rendah terhadap orang lain adalah mata yang tak layak melihat Rasulullah".

Jelaslah muslimah yang mendapat hidayah atau muslimah yang religius adalah muslimah yang terus menerus mengoreksi dirinya sendiri kemudian berusaha untuk menjadi lebih baik. Tidak merasa lebih mulia dari makhluk lainnya. Menyibukkan diri untuk menjadi pribadi yang berkualitas, lahir dan batin. Kita bisa belajar dari Kartini bahwa menjadi pribadi yang religius adalah pribadi yang bermanfaat untuk masyarakat dan untuk bangsanya bukan sebatas muslimah yang jilbabnya super besar, mahal atau merk terkenal.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar