Minggu, 22 September 2019

Pentingnya Belajar Ilmu Falak di Tengah Maraknya Aplikasi Digital

Semarang, NU Online
Dunia sudah memasuki era digital, suatu zaman yang berbagai macam hal diubah bentuknya menjadi digital, tak terkecuali hal-hal yang mengenai ilmu falak. Ponsel umat Islam saat ini sudah bisa dilengkapi dengan aplikasi waktu shalat. Setiap kali waktu shalat tiba, ponsel akan berbunyi mengingatkan pemiliknya.

 

Ada pula aplikasi penunjuk arah kiblat. Cukup dengan membuka aplikasi melalui ponsel dan arahkan ponsel ke berbagai penjuru untuk mencari kiblat. Jika sudah muncul gambar Kakbah di layar, ke sanalah, kiblat mengarah.

Maraknya aplikasi digital mengenai ilmu falak tidak berarti harus menghentikan pembelajaran ilmu yang mulai langka dipelajari itu. Muhammad Shofa Mughtanim, akademisi ilmu falak, mengatakan bahwa pembelajaran ilmu falak tetap penting dan harus terus dikembangkan.

 

"Khazanah keilmuan harus tetap dikembangkan," katanya kepada NU Online pada Sabtu (21/9).

Pasalnya, digitalisasi hanyalah bentuk kemudahan untuk mengetahui hasil dari penghitungan ilmu falak. Sementara kajian dan pengajaran ilmu falak tetap harus dilakukan. "Digitalisasi hanya dari sisi kemudahan mengoperasikannya. Proses pemaknaan dan pengkajian harus tetap dilakukan. Justru dengan pengkajian itu ilmu itu akan semakin berkembang," ujar alumnus program magister ilmu falak Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa aplikasi juga tidak dapat dipastikan keakuratannya. Ada banyak koreksi yang selama ini belum ditambahkan dalam algoritmanya sehingga bukan tidak mungkin aplikasi malah semakin tidak akurat dalam penentuannya.

 

"Saya kira aplikasi itu hanya sebagai tool untuk memudahkan mempelajari, mempraktikkan ilmu falak itu sendiri," katanya.

 

Tak ayal, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang mengadakan Pelatihan dan Praktik Falak di Aula Attaqiy Pesantren Life Skill Daarun Najaah, Ngaliyan, Semarang pada Sabtu (21/9). Kegiatan ini digelar bagi 150 peserta perwakilan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) se-Kota Semarang.

Tak tanggung-tanggung, pelatihan ini langsung diampu oleh para pakar ilmu falak, seperti Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI) KH Ahmad Izzuddin, KH Selamet Hambali.
 

Pelatihan penentuan awal bulan dan waktu shalat, jelasnya, menggunakan data ephemeris, sedangkan penentuan arah kiblat menggunakan istiwa’ dan theodolite. Shofa mengatakan hal demikian dipilih karena dianggap paling mendekati ketepatan dan mudah diterapkan.

 

"Selama ini metode ini cukup akurat dalam penentuanya dan mudah dalam pemahamanya," pungkasnya.
 

Pewarta : Syakir NF

Editor: Kendi Setiawan

NU online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar